Sunday, September 17, 2017

Kata Tak Bernama

ResTokoiyoo



 KATA TAK BERNAMA


 " Kau sudah sembuh ? " tanya Makta setelah salam petang itu,sekembalinya beliau dari ladang

" Sudah " Jawabku berdiri menyalami Makta, panggilanku untuk bibiku tersebut tak lupa menjawab salamnnya

" Sudah makan ? "

Aku mengangguk

" Makan nasi kan ? walau sedikit paksakan ! " beliau menaruh tudung rotan di atas meja makan lalu membuka kemeja lusuh yang menjadi luaran kaos obong itu lalu menyangkutkannya di paku yang sengaja di pantek dekat pintu masuk kamar mandi

" Iya " kepala ku masih pusing dan sekeliling rasanya berputar-putar,aku mengambil posisi berbaring seperti sebelum kedatangan Makta

" Kau mencuci ? kan sudah Makta bilang biarkan saja biar besok Makta yang cuci " Saat menggantung kemejanya tadi pintu kamar mandi sedikit terbuka,Makta melihat seember tanggung pakaian bekas di peras masih menggulung tampak menumpuk siap untuk di jemur

" Tidak apa Makta ! " aku menjawab sambil senyum memberi tanda aku baik-baik saja

Makta mengambil hanger dan memasangkannya pada pakaian yang selesai di cuci tadi

Makta wanita yang sangat suka kesibukan , dia tidak suka berdiam diri saja atau tidak melakukan apa-apa. Apalagi sejak menjanda 10 tahun yang lalu beliau semakin terlihat gila bekerja,padahal kalau di bilang berkekurangan jelas tidak,bahkan kalau beliau mau beliau bisa membangun atau membeli sebuah rumah yang megah dan menyewa beberapa pekerja untuk membantunya atau membuka sebuah usaha atau semacam itu tapi kenyataanya Makta lebih memilih hidup sederhana dan tetap menjanda di usianya yang akan menginjak kepala lima.Perkawinan Makta dan Apaka tidak di karuniai anak..aku tidak pernah tahu alasan apa yang membuat mereka memutuskan berpisah , mungkin saja masalah anak adalah salah satu alasanya. Apaka lelaki yang sangat baik,sabar dan tidak neko-neko setidaknya itu yang kurasakan selama ini mengenalnya.Meski sudah bercerai dengan Makta,Apaka masih sebaik dulu tidak berubah. Beberapa kali secara tidak sengaja kami bertemu,Apaka sudah beristri lagi kami makan bersama,bercanda seperti tidak terjadi apa-apa.
Begitu juga  apabila keluarga kami mengadakan selamatan atau suatu perayaan Apaka selalu di undang, Untuk beberapa orang ini mungkin hal ini tidak lumrah untuk di lakukan,tapi begitulah kami semua menyukai sosok lelaki yang pernah menjadi suami Makta ini.

" Makta tidakkah Makta merasa kesepian ? tanyaku suatu pagi

" Kadang-kadang,tapi sekarang sudah tidak pernah sejak kau pindah kesini,Makta merasa sangat senang rumah ini terasa lebih hidup " Jawabnya sambil menyesap teh

" Syukurlah " bisikku senang

" Makta,nanti malam di kampung sebelah ada pasar malam,bagaimana kalau kita pergi melihat-lihat  kesana ? " Aku sudah memikirkan ini sejak beberapa hari yang lalu,bahkan  membayangkan aneka kemungkinan reaksi Makta mendengar permintaanku itu

" Kenapa ? ada yang ingin kau beli ? " Makta terlihat sedikit kaget

" Saya tidak yakin,,tapi mungkin saja " jawabku ragu

"..."

Makta membisu selama beberapa menit, aku masih menunggu

" Tidak apa-apa,lupakan saja "kataku berubah pikiran berusaha mengatur nada bicara agar tidak  terdengar kecewa

Makta memandang wajahku entah apa yang dia pikirkan

" Ayo kita kesana! " Kata Makta kemudian sambil tersenyum

***

Entah mengapa di tempat seramai ini seolah tidak ada pengaruhnya buat Makta.Wajah,sikap dan gerak-geriknya kelihatan tetap kesepian.dia hanya tersenyum sesekali dan tampaknya tidak tertarik pada keriuhan ataupun dagangan yang ada di pasar malam ini,
Apa yang harus kulakukan ?

" Husna...ini kamu Husna bukan ? " seorang wanita paruh baya mencolek bahu Makta senyumnya sungguh sumringah

Makta tidak langsung menjawab beliau mengernyit meneliti wajah wanita yang menyapanya barusan,mungkin mengingat- ngingat

" Tega sekali kamu Hus,rupanya kau sudah tidak mengingatku.Aku Cahya! " Kata Ibu  yang mengaku bernama Cahya itu  tersirat kecewa

"Oooooh ya..ini benar kau Cahya? Ya Allah sudah lama sekali sejak terakhir kita bertemu " wajah Makta tampak berseri

Mimik seperti itu yang ku ingin menghias wajah Makta setiap harinya.Aku ikut bahagia dengan pertemuan tak terduga Makta dan teman lamanya tersebut

" Iya betul.Habisnya kamu pindah tidak memberi kabar,aku pikir kita tidak akan bertemu lagi "

" Benar.Kau kan tahu kondisiku saat itu,apa menurutmu aku bisa memikirkan hal lain..eh tapi apa kabar kamu Cahya,apa kau masih tinggal di sana ?" Lengan mereka saling mengait seperti tidak ingin lepas

" Betul,aku bisa mengerti.Aku sudah pindah Hus kesini baru kemarin..Oh ya ini anakmu ya,sudah sebesar ini sekarang ? " Dia melihat kearahku dan melepas kaitannya

" Iii..ini keponakanku Ya !" Jawab Makta terbata

" Salam Bi, saya Asma  " saya mencium tangan teman Makta yang ku panggil bibi

Bibi Cahya tersebut agak terkejut entah kenapa saat melihat Makta wajahnya juga terlihat kikuk.mungkin hanya perasaanku saja.

" Asma, kamu berkeliling saja dulu mungkin ada yang ingin di beli.Makta akan menunggu disini dengan bibi Cahya "

Aku menurut saja , mungkin mereka ingin lebih leluasa bercengkrama. " Iya..baiklah "

***

Sungguh canggung rasanya berjalan sendirian di wilayah yang belum familiar seperti ini ,meski tempat ini terbilang ramai tetap saja rasanya tidak nyaman. Belum terpikirkan akan membeli apa jadi ku putuskan berkeliling saja dulu.

Ada yang menjual kelinci

" Kelincinya Neng..! " teriak abang yang menjual kelinci

" Apa aku beli saja 2 ekor ,supaya rumah setidaknya tidak terlalu sepi ? " aku berkata dalam hati

" Eh si Neng malah bengong " Abangnya mengagetkanku

" Satunya berapa bang ? " jawabku bertanya dulu tidak ada salahnya bukan

" Mau yang mana Neng? beda usia beda harga " jawab abangnya menggantung

Abangnya mau sekali di tanya ,apa salahnya setelah mengatakan itu langsung menyebutkan harga sesuai usianya.

" Eh si Neng bengong lagi "

" Hmm..bang maaf ya saya tanya bibi saya dulu, kalau beliau mengizinkan saya kembali lagi nanti , terima kasih.permisi! "

Aku bergegas kembali ke tempat Makta dan temannya tadi menunggu,tinggal beberapa langkah lagi,langkahku terhenti.Makta menangis. Aku inign tahu kenapa dan apa yang membuat Maktaku menangis. Aku sering melihatnya murung tapi baru kali ini melihat beliau menangis. Hatiku rasanya perih.meski hanya seorang bibi,tapi di banding ibu ku sendiri kenyataannya aku lebih dekat dengan Makta.Aku menelpon Makta hampir setiap hari saat aku masih tinggal di rumah ibu yang berbeda kota,menanyai pendapatnya jika aku bingung memutuskan suatu hal meski sudah dapat saran dari Ibu tapi itu belum final kalau belum mendengar pendapat Makta.Mungkin itu juga sebabnya ibu sangat cemburu pada bibiku itu,ibu jadi pemarah dan sangat sensitif,aku yang lebih sensitif lagi kalau ibu kambuh marahnya aku bisa menangis berjam-jam dan akhirnya jatuh sakit. Ayah tidak tahan melihatnya malah menyuruh Makta membawaku kerumahnya.Dan di sinilah aku sekarang.

PIkiranku kembali pada Makta,beliau masih menangis,aku bahkan sudah 5 menit berdiri di sini.Aku lebih mendekat sambil mengendap,penasaran apa yang mereka bicarakan.

" Oh jadi Asma sudah dari bayi di rawat oleh Rahmi ? " Tanya Bibi Cahya

Aku lebih menajamkan pendengaranku,sepertinya aku salah dengar bibi itu menyebut nama ibuku dan kulihat Makta hanya mengangguk.

" Bagaimana pernikahanmu dengan Karim ? Apa kalian di karuniai anak lagi ? "

Aku yakin pendengaranku tidak salah,Apa maksud bibi Cahya dengan kata anak lagi ? benarakah Makta dan Apaka pernah punya anak?

" Tidak. setelah aku menyerahkan Asma pada Rahmi aku tidak pernah hamil lagi meski segala cara  telah kami coba.Melihat kondisiku Rahmi jadi terlalu banyak berpikir dan mengira aku akan mengambil kembali Asma dari tangannya.Dia jadi sangat sensitif,mudah curiga dan gampang sekali meledak.Aku sangat kasihan pada Asma ,dia jadi pelampiasan Rahmi padahal dia tidak tahu apa-apa "

Bukan main kagetnya aku ,aku yang belum sepenuhnya sembuh ini kembali merasakan pusing.Aku bertahan saja begini karena ingin mendengar lebih banyak,ku yakin kalau aku keluar Makta akan menutup rapat mulutnya

" Ya Allah Hus, memangya apa yang kau pikirkan saat menyerahkan Asma pada adikmu itu ?"

Pusingnya tambah hebat,aku bawa berjongkok.Jangan di tanya apa yang kurasakan sekarang semuanya camur aduk

" Aku hanya tidak tega melihat Rahmi,dia sangat terpukul dan stress setelah rahimnya di angkat. Kau kan tahu betapa dia sangat ingin punya anak. Waktu itu ku pikir tidak ada salahnya aku percayakan Rahmi merawat Asma,aku sehat begitu juga Mas Karim kami masih bisa punya anak lagi.Tidak di sangka akan seperti ini,sepertinya tuhan sedang menghukumku "

Pandanganku mulai gelap.Aku mengutuk rasa pusing ini kenapa harus datang lagi bukankah tadi sudah tidak apa-apa,aku harus mendengar semuanya sampai selesai.

" Apa Karim meninggalkanmu karena kalian tidak di karuniai anak lagi ? "

" Tidak. Dia sangat setia.Aku yang memaksanya menikah lagi,karena aku telah banyak mengecewakannya " Makta mulai menangis lagi

"Aku membekap mulutku dengan tangan,tangis Makta begitu pilu bagaimana bisa aku menahan untuk tidak menangis juga

" Ya Allah..kau hanya dari luarnya saja tampak kuat..tapi sesungguhnya di dalam rapuh "

"  Aku harus bertahan apalagi sekarang Asma sudah kembali padaku " kata Makta melap ingusnya

" Iya semua milikmu sejatinya akan kembali padamu. Asma sudah bersamamu tapi kenapa kau tampak masih sedih .Ada apa Husna ?

" Adikku Ya..bagaimana dengan adikku? ku rasa dia tidak akan sanggup jauh dari Asma "

" Dia kan bisa datang kapan saja dan menginap atau bisa juga sebaliknya,kurasa itu bukan hal yang sulit jika di bicarakan baik-baik "

" Sebenarnya Rahmi kemarin menelpon,dia memintaku mengembalikan Asma padanya kalau tidak dia mengancam akan bunuh diri"

Bibi Cahya sangat terkejut begitupun aku lebih lebih terkejut,aku sampai terduduk

"Apa Rahmi benar-benar akan melakukan hal itu ? "  Tanya bibi Cahya

" Melihat wataknya..ah tidak aku tidak berani membayangkannya,dia satu-satunya keluarga yang ku punya.aku harus memastikan itu tidak terjadi "

Semua terdiam.
Aku mengatur nafas dan mereda degupan jantungku,menyeka sisa-sisa air mata.Rasa pusing tidak ku perhatikan lagi,meski tertatih aku pelan-pelan berdiri dan berbalik menjauhi  Makta dan Bibi Cahya,setelah rasanya cukup jauh aku berjalan kembali ke arah mereka seolah-olah aku baru kembali berkeliling.

" Makta.." sapaku

" Kau sudah kembali?..tidak dapat apa-apa ? " Makta melihat tanganku kosong

" Tapi Asma..coba ku lihat! kau habis menangis ?" Makta sepertinya curiga,bibi Cahya dan Makta saling pandang

"Iya " jawabku dengan senyum lebar

".." hening

" Aduh kenapa serius sekali?! saya menangis karena kepedasan.Di dalam sana baksonya sungguh enak. rasanya kurang sedap kalau tidak pedas bukan ?" kataku memecah keheningan

Benar saja Makta dan bibi  Cahya tertawa,lepas.Senang melihatnya.

Bibi Cahya pamit dan berjanji besok akan mampir ke rumah,Aku dan Makta memutuskan pulang.

" Makta .." Panggilku saat dalam perjalanan ke rumah

" Iya " jawab Makta tanpa menoleh

" Maaf ya .. " Kataku menghentikan langkah Makta tiba-tiba

" Maaf untuk apa ? " Makta menatapku lekat sekali

Aku diam sebentar , lalu..

" Maaf karena saya makan bakso sendirian,dan tidak membelikan satu untuk Makta " Kataku berbohong,tentu saja bukan karena hal itu aku mengucapkan maaf

" Ah haha ku pikir apa..tidak apa-apa sayang,Makta juga tidak begitu suka bakso " Makta melanjutkan langkahnya sambil merangkulku,aku balas merangkulnya

" Makta..." kataku lagi

" Iya..apalagi sekarang ? " jawab Makta dengan tenangnya

" Makta sepertinya juga habis menagis !? " aku menyentuh pipi Makta sebentar

"Iya..pertemuan kembali dengan sahabat lama sungguh membuat haru dan emosional,tapi juga membahagiakan hmmm "

" Makta...Terima kasih " Balasku mungkin terdengar aneh baginya,tapi aku tidak memberinya kesempatan berkomentar.Aku memeluk erat Makta mempercepat langkahku, Makta ikut mau tidak mau

YA! Maaf dan Terima Kasih, tentu saja aku harus mengatakn itu padamu Makta..atau ehm Ibu.Kau sudah melewati begitu banyak hal sampai sejauh ini dan itu pastilah tidak mudah.Sebenarnya ada yang ingin ku sampaikan , sesuatu yang lebih dari sekedar "Maaf " dan " Terima Kasih ".Lewat kata itu aku akan mencurahkan semua rasa bahagia yang ku punya, juga memasukkan ketulusan ke dalamnya, akan ku berikan hingga tak bersisa.Tapi kata itu..entah apa Namanya.Kata tak bernama .



SELESAI










1 comment:

  1. terimakasih atas informasinya dan jangan lupa kunjungi kami di http://aromaessen.com/umpan-bawal-kilo-gebrus/

    ReplyDelete