Wednesday, March 7, 2018

Terkilir? Sembuhkan Dengan Resep Mudah Dan Alami ini

ResTokoiyoo

terkilir? sembuhkan dengan resep mudah dan alami


Kadang saat tengah beraktifitas kita kurang berhati-hati atau kurang memperhatikan keselamatan, sehingga kecelakaan kecil sampai yang besar sulit di hindari. Seperi saat tengah  berolah raga atau menaiki anak tangga, kecelakaan kecil yang sering kita jumpai adalah kaki terkilir.
Kalau kita terkilir karena jatuh atau terpeleset atau karena sebab lain makan segeralah untuk menyembuhkannya. Karena selain menimbulkan rasa nyeri, juga kalau di biarkan berlarut -larut akan semakin sulit untuk di sembuhkan.
Terkilir atau salah urat ini biasanya di sembuhkan dengan cara dilakukan pemijatan (masage) yaitu dengan mengurut-urut bagian tubuh yang sakit secara perlahan. Di samping itu ada cara lain untuk menyembuhkannya, yaitu dengan menggunakan resep alami berikut ini :
2 batang serai


Manfaat serai untuk obat terkilir



3 butir kemiri yang telah di buang kulitnya




Caranya :
Batang serai di memarkan sampai hancur, kemudian sicampur dengan kemiri dan sedikir air.

Taruhlah ramuan diatas ke dalam kaleng  atau wadah lain yang tahan api, lalu panaskan di atas perapian hingga hangat-hangat kuku.


Setelah itu ambilah airnya secukupnya dan balurkan pada bagian yang terkilir sedangkan sisanya yoosob kompreskan dan balutlah dengan menggunakan kain  yang bersih agar sari-sarinya  bisa meresap ke dalam kulit.

Gantilah balutan tersebut setiap hari sekali Inshaa Allah cedera atau terkilir Yoosob akan lekas sembuh.

Selamat mencoba.




( Sumber : Buku resep obat kuno penulis tidak di ketahui karena halaman sudah tidak lengkap)

Tuesday, March 6, 2018

Berawal Dari Sebuket Bunga

ResTokoiyoo



"Nona... ini untukmu “ saking kuatnya dia menarik tanganku, aku hampir terjerembab.

Dengan patuhnya aku menerima buket bunga itu, dan si pemilik sudah kabur tanpa sedikitpun jejak. Aku bahkan tidak sempat melihat parasnya barang sekilas.

Mendung memang paling enak di bawa bermenung, seperti sore itu aku menikmati teduh hari sambil mendengarkan musik instrument  yang lembut dengan segelas green tea yang sudah mulai dingin karena lama ku diamkan, sepertinya aku mulai terbiasa dengan warna langit beberapa hari belakangan ini .

“ Kau masih  belum mengetahui siapa pemiliknya? “ Sepupuku datang  dengan kopi di tangannya.

“ Tidak sama sekali “ jawabku tanpa menoleh.

“ Apa yang kamu pikirkan saat menerima buket bunga itu, tidakkah itu cukup tidak terduga ?” dia mengambil posisi duduk di sampingku.

“Yeah..benar-benar tidak terduga, kau tahu aku hanya mematung sekian detik entah mungkin menit tanpa tahu bagaimana seharusnya aku bereaksi ..tapi bunga itu memang sudah di tanganku “

“Kalau aku jadi dirimu...aku tidak akan mau bersusah payah mencari tahu siapa pemiliknya ,anggap saja kamu sedang spesial pada hari itu “

“Lalu?“

“Lalu kamu tidak perlu repot jadi dirimu yang sekarang, kamu jadi melankolis, suka melamun..dan sedikit tampak menyedihkan “

“haha .. benar. Tapi entah kenapa aku jadi punya sedikit pengharapan, aneh bukan?!. Entah apa yang bisa di harapkan dari ketidaksengajaan manis yang ku yakin baginya bukan apa-apa ini “

“Aku rasa kau hanya terlalu terharu saja“

“Sejujurnya iya , sebuket bunga tak bertuan saja bisa membuatku seterharu ini..menurutmu bagaimana reaksiku kalau nanti ada seorang lelaki yang aku sukai memberikan  buket yang tidak kalah manis ?“

“Hmmm..mungkin kau akan sedikit menangis memeluknya dan kemudian jatuh pingsan dalam pelukkannya hehe “

“Benar itukah yang kamu pikirkan..? apa menurutmu aku gadis yang akan melakukan hal semacam itu ?”

“Kenapa tidak!“
“Baiklah  terserah kau saja.. !”

Aku akan menanggap itu bukan apa-apa, kalau ia  hanya setangkai saja..pikirkan sebuket bunga apa itu tidak berlebihan. Tidak sebenarnya bukan itu saja, di dalam buket itu juga ada sebuah kotak yang di pita cantik. Kalian pasti tahu apa isinya. Benar sebuah cincin. Sepupuku tidak kuberitahu tentang yang satu ini.

Antrian panjang di sebuah resto langganan di jam makan siang, membuatku harus  rela berdiri menunggu lama, antrian di depanku masih panjang lebih parah lagi yang di bagian belakang.

Sambil mengantri aku melihat berkeliling mungkin ada yang lebih menarik untuk di lihat selain punggung orang di depanku.

Dari arah pintu seseorang baru saja masuk, ia menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya dari ekspresi wajahnya nampak sedikit gugup.semakin dia melangkah maju aku bisa jadi semakin bisa melihat jelas apa yang dia coba sembunyikan itu. Sepertinya orang ini akan melamar kekasihnya, simpulku dalam hati.

Aku kembali teringat akan sebuket bunga itu, berbulan-bulan telah berlalu yang tersisa darinya hanya buket sementara bungannya ku buang karena sudah menghitam, dan kotak  beserta cincinnya raib. Aku tahu siapa yang melakukannya, tapi biarlah, toh itu juga bukan milikku.

Sebuah panggilan mengajakku untuk kembali ke masa sekarang,  dari sepupuku.

“Assalamu’alaikum..iya ada apa sepupu?”  kataku sedikit bercanda
Di seberang dia melaunching cukup panjang kata, yang intinya menyuruhku pulang, aku bahkan di tuduh melupakan hari pentingnya. Benarkah? Hari penting apa? aku tidak ingat!.

Setengah jam berselang aku sampai di rumah. Sebuah mobil nampak terpakir di halaman. Ada tamukah?

Begitu masuk kedalam rumah, ternyata benar sepertinya tamu yang tidak biasa. Meski kaget aku berusaha bersikap sebiasa mungkin, mengucapkan salam lalu sedikit berbasa basi aku permisi untuk ke kamar berganti pakaian.
Sepupuku menyusul memintaku mengganti pakaian dengan yang sudah dia sediakan. Aku awalnya menolak, karena pakaian atau sejenis kebaya dengan design yang manis itu harus di pakai di waktu yang tepat.

“bukankah ini hari pentingmu,  Apa mereka datang melamar? aah kenapa bukan kamu yang memakai pakaian ini?“

“Iya betul ini sebuah acara lamaran, nanti kujelaskan ayo buruan di ganti”
Aku bersikukuh tidak mau, dia membujuk dengan segala rupa bujukan namun aku bergeming. Akhirnya keluarlah kami berdua menemui para tamu dengan pakaian apa adanya.
Aku duduk di sofa dengan bosan, obrolan mereka kenapa masih jauh dari kata serius, jadi kapan acara lamarannya akan di mulai...apa masih ada yang  di tunggu.

Di ruang itu selain aku dan sepupu ada ibu , tante( ibu sepupu) dan ayahnya, sedangkan yang bertamu ada seorang pria mungkin calon suami sepupu, dan kedua orang tuanya mereka berpakaian rapi. Ku edarkan pandangan berkeliling, pura- pura sibuk karena aku merasa canggung mereka saling berbincang sedang aku di biarkan sendiri tanpa teman bicara.

Tidak lama setelah itu, terdengar mesin mobil kian mendekat dan berhenti tepat di sebelah mobil yang kulihat tadi.

Semua orang keluar seperti ingin menyambutnya, aku? Aku duduk di tempatku semula dan tidak berniat beranjak sesentipun.

Tamu itu masuk, di iringin semua yang tadi sudah menyambutnya begitu wajah orang itu menyembul, aku tidak tahu mengapa seperti terkesima..seorang pria tampak berkharisma dia tidak tampan malah lebih tampan pria yang datang lebih awal ini. Aku sedikit gelagapan, saat dia menatap ramah dan membagi seulas senyum padaku. Aku berdiri dengan kikuk. Tepat di belakang pria itu ada kedua orang tuanya(sepertinya), langsung saja ku salami dengan dia hanya salam dari jauh.

Semua duduk dan sesaat terdengar sunyi, meski jantungku rasanya berdebar  cukup hebat, tapi aku tidak sampai menaruh curiga atau berpikir dan sekedar menduga-duga. sampai akhirnya sepupuku membuka suara dengan susunan kata yang terpola dan gestur yang sangat tenang mengalirlah semua cerita itu, cerita tentang apa yang di lakukannya selama beberapa bulan ini di belakangku. Bahkan tidak tanggung-tanggung semua yang ada di ruangan itu terlibat  termasuk ibuku.

“Tunggu..tunggu sebenarnya ada apa ini?” aku masih shock sepanjang sepupu bercerita aku hanya melongo ...antara tidak percaya,  tidak habis pikir dan merasa di khianati.

“Iya jadi hari ini adalah hari pentingmu sepupu” Kata sepupu di sambut meriah seluruh orang di ruangan itu

“Ehm..Maaf sebelumnya mbak saya beranikan hari ini datang melamar bukan tanpa pertimbangan, saya sudah memikirkan ini selama berbulan-bulan, sudah minta petunjuk Allah lewat istikharah dan sudah minta restu pada ibunya Mbak..Alhamdulillah beliau langsung setuju. Awalnya saya ingin berdiskusi dulu dengan Mbak  tapi menurut sepupu, tidak perlu karena..”

“Karena kamu pasti menolak sepupu, menolak bukan karena tidak suka tapi entah apa? Kamu seperti ketakukan mengatakan iya..makanya tidak heran sampai saat ini kamu masih sendiri “

Aku membenarkan semua yang di ucapkan sepupu dalam hati saja.

Jadi ceritanya sepupu memposting buket bunga itu di Instagram miliknya, dan menuliskan caption yang cukup menarik menurut pria yang datang pertama tadi, Namanya Hambali dan yang datang belakangan ini Ehmm namanya Hamka.

Setelah cerita panjang lebar aku baru menyadari ternyata pemilik bunga itu tidak lain adalah Hambali dan Hamka ini adalah paman mudannya. Aku sempat sangat malu pada Hambali, rasanya inin kukantongi saja wajah memerah ini.

Singkat cerita bermula dari saling komen di sosial media akhirnya mereka mengatur pertemuan, mengobrol panjang lebar termasuk tentang ku, keseringan ber chit chat ria hingga menumbuhkan debar-debar cinta di antara mereka, nah kebetulan si paman muda ini minta di carikan calon istri karena merasa sudah sangat siap tapi bukan sosok yang berani mendekati wanita. Dan yang pertama terpikirkan oleh mereka adalah aku.

Hamka bertanya segala hal tentangku pada sepupu juga ibu, tapi mereka tidak mengijinkan aku tahu apa-apa tentang pria ini sebelum hari ini tiba. Mereka melakukannya diam-diam. Ibu memang paling tahu sedetil-detilnya tentangku karena hal apapun aku pasti memberitahunya.

Semua melihat padaku, aku masih mencerna semua skenario yang mereka rancang dari pertama. Dan mereka masih menunggu, dengan polosnya aku bertanya “ ada apa? “

Sontak semua orang terbahak. Lagi-lagi aku malu.

“Saya..ber..ber..ber..se..bersedia!” kataku sesejurus kemudian sambil menutup mata rapat-rapat
Semua orang mengucapkan Syukur Alhamdulillah, tapi..

“Eh..tapi tunggu bersedia apa ya? Perasaan Mas Hamka belum bertanya haha”

Terus..terus terus saja sepupu membuatku malu. Mau aku kejang-kejang disini? Ruangan itu benar-benar terdengar sangat  berisik. Aku hanya diam kaku.

Hamka hanya mesem-mesem lalu dia merogoh sesuatu di kantong celananya, ponsel...ia mengeluarkannya dari sana dan mulai menelpon.

“ Pak, tolong di bawa masuk sekarang” usai mengatakan itu telepon di matikan
Yang lain sibuk bercengkarama, tak terkecuali Sepupu dan Hambali...sedang Hamka sebentar-sebentar melihat ke arah pintu masuk.

Seorang pria paruh baya masuk membawa sebuket bunga dan sebuah kotak  di pita cantik di tangan yang lain. Aku rasa itu untukku,,batinku percaya diri sekali.

Aku kesulitan menggambarkan betapa manisnya cara dia menyerahkan sebuket bunga itu, dan tentang cincin, tidak dia tidak melakukan seperti yang orang biasa lakukan berlutut sambil menyodorkan cincin lalu mengatakan kata-kata manis yang ujungnya meminta sang wanita untuk bersedia menikahinya. Dia hanya mengatakan sepatah kalimat yang lalu kujawab berupa anggukan. Cincin itu kini sudah melingkar di jari manisku.

Bertambah satu hal lagi  yang patut ku syukuri dalam hidupku adalah apa yang terjadi hari ini. Alhamdulillah.

SEKIAN..