SISA YANG TERSISA
“ Dim lebih baik kau ganti saja kopimu dengan susu..kasihan
dedek dia tidak berhenti meminum sisa kopimu,Usianya baru 4 tahun kopi tidak
baik untuknya “ Nenek berbicara sambil menepok – nepok Dedek yang sudah mulai pulas
“ Iya bu..besok kalau sudah gajian saya beli susu “ Jawab
Hadim setuju
“ Apa gajianmu masih lama ? tadi dedek mengeluh sakit
perut ibu khawatir kebiasaannya minum
kopi sisamu akan mengganggu
pencernaannya “ Nenek melepas ikatan kain di pinggangnya di balik baju kurung
usang itu nenek mulai merogoh-rogoh
“ Pakai saja ini dulu besok pagi-pagi sekali pergilah ke
warung Mala beli sekaleng susu “ Nenek
menyerahkan selembar uang 20 ribuan
“ Jangan bu , itu uang ibu, Saya gajian sekitar 4 hari lagi
itupun kalau tidak telat seperti bulan kemaren “ Jelas Hadim
“ Tidak apa-apa pakai saja. Ini demi dedek “ Nenek memaksa
“ Baiklah,saya pinjam dulu ya bu.kalau sudah gajian saya
ganti “ Hadim merasa tidak enak
“ Tidak perlu.uang ibu masih ada nak “ Tolak ibu halus
“ Tetap saja ini uang ibu , harusnya saya yang memberi ibu
uang bukan sebaliknya..tolong maafkan
saya ya bu,di usia ibu sekarang masih harus berkerja “ mata Hadim berkaca-kaca
“ Ini bukan salahmu Dim,ibu sendiri yang ingin bekerja
selagi menjaga dedek ibu kan tidak ada kegiatan.sudah sudah..istirahtlah ibu juga
sudah mulai mengantuk “ Nenek mulai
berbaring di samping dedek diatas dipan beralaskan tikar pandan yang beliau
anyam sendiri
“ Iya Bu “ Hadim menarik Sarungnya hingga dada dan mulai
mengambil posisi teranyaman di atas bale-bale bambu tepat di depan dipan nenek
yang hanya dipisahkan meja makan bundar
yang cukup untuk 2 orang
Besoknya
Sesuai permintaan Nenek, Hadim mengganti kopinya dengan susu
meski tidak begitu suka tapi Hadim harus membiasakannya karena Dedek punya kebiasaan
meminum sisa minuman Ayahnya itu,sekali saja tidak Dedek bisa rewel seharian
minta di antar ke tempat kerja Hadim. Jadilah setiap pagi sebelum berangkat
kerja Hadim menyeduh segelas susu dan menyisakan sedikit untuk di minum Dedek begitu
bangun dari tidurnya.
Dedek tidak seperti balita pada Lazimnya sejak ibunya
meninggal 2 tahun lalu karena sakit dia
tidak mau minum susu lagi, menginjak usia
3 tahun sekarang ini dedek masih belum bisa bicara yang dia bisa hanya ber
hah huh , dedek juga tidak suka makan nasi jika di paksa dia akan
muntah,sebagai ganti nasi Dedek di beri makan Air tajin oleh sang nenek.
“ Hah Hah hahahahh “ Dedek mendatangi nenek ke dapur membawa
gelas berisi sisa susu Hadim
“ Ada apa sayang?
“ Nenek selesai menyendok air tajin ke
mangkuk untuk di berikan pada dedek selesai mandi nanti
“ Hah “ Dedek menunjuk gelas di tangannya
“ Iya ayo di minum..Ayah mulai sekarang minumnya susu ya
sayang.Ayoo dedek habiskan,baru setelah itu kita mandii “ Jawab Nenek mengelus
kepala Dedek dan membersihkan bekas iler mengering di pinggir bibir Dedek
“huuh.. haah aaa “
sepertinya dedek tidak begitu suka tapi susu sisa itu ia habiskan juga
***
Hadim menunggu dengan harap-harap cemas ada apakah kiranya
sampai dia di panggil atasan,jujur saja ia merasa sudah mengerahkan seluruh
kemampuannya dalam bekerja apakah masih ada yang kurang ?
“ Maaf membiarkanmu menunggu lama “ Sang Atasan masuk dan
duduk di kursi kerja menatap Hadim tanpa berkedip
“ Tidak apa-apa, Pak “ Jawab Hadim berusaha tenang meski
sebenarnya dia sangat gugup
“ Baiklah saya akan langsung saja ke intinya.Pak Hadim anda
sudah mengabdi cukup lama di perusahaan ini dan selama itu pula saya tidak
pernah merasa dikecewakan, anda begitu tekun ,loyalitas anda tinggi dan
merupakan pribadi yang jujur .saya merasa sangat terkesan.oleh karena itu saya
rasa tidak berlebihan jika mulai bulan depan anda saya promosikan menjadi
kepala keamanan di sini.Semoga Pak Hadim bisa menjadi panutan untuk staf-staf
yang lain dan terus meningkatkan kinerja baiknya “
“ Aaaa pa Apa saya tidak salah dengar pak ? “ seperti
mendapat durian runtuh pagi ini Hadim
merasa seperti sedang bermimpi
“ Tidak pendengaran Pak Hadim sangat baik. Baiklah saya rasa
sudah cukup.Selamat ya Pak Hadim “ Atasan tersebut menyalami pak Hadim sambil tersenyum
“ Iya Ter Terima Kasih banyak Pak. Saya akan berusaha lebih
baik lagi “
“ Itu Harus ! Kalau begitu Bapak boleh keluar saya masih
banyak pekerjaan “
“ Baik.sekali lagi terima kasih Pak “
Bukan main senangnya hati Hadim . Ia jadi teringat Nenek dan
Dedek.Banyak hal berputar-putar di kepalanya ..ia bisa menabung untuk
pendidikan Dedek ,nenek juga tidak perlu bekerja membuat anyaman lagi,pindah ke
kontrakan yang lebih layak, setidaknya sesekali mereka bisa makan ikan bukan ikan
teri lagi,bisa makan 3 x sehari seperti orang-orang.ah semua terasa sangat
patut di syukuri.Hadim tidak berhenti tersenyum sepanjang jalan pulang.Namun
begitu wajah sang istri sekilas melintas dalam bayangan senyum terkembang tadi
mengkerut, Hadim berubah murung.
“ Alangkah lengkap kebahagian ini sekiranya kamu masih ada
dik “
***
Beberapa bulan berlalu
Semua berjalan baik,kehidupan merekapun mulai ada peningkatan .Meski begitu Nenek
bersikeras tetap bekerja walau sudah tidak sengotot dulu Dan dedek masih
setia dengan air tajinnya,ia menolak
minum susu kecuali susu sisa sang ayah.Di posisinya yang baru Hadim di haruskan
lembur beberapa hari dalam seminggu, bagaimanapun ia tidak bisa menolak.Dedek
jadi sering mendusin di malam hari dan rewel setiap melihat ke bale-bale tidak
ada sang ayah di sana,Nenek cukup kewalahan menenangkan Dedek.
Hari ini Dedek bangun lebih awal dari biasanya , dari dipan
ia berdiri menengok ke bale-bale.kosong.lalu tanpa bersuara dengan antengnya
dedek duduk bersila di lantai di samping nenek yang sedang shalat. Setiap gerakan nenek ia cermati dalam
diam dan tenang.
|
foto:tandapagar.com |
“ Dedek sudah bangun ? “ selesai salam Nenek menggedong
Dedek dalam pelukannya
“ Dedek haus ? “
Dedek menggeleng
“ Nyariin ayah ya ? “
Dedek mengangguk
“ Ayah nanti pasti
pulang ,Dedek tidur lagi saja ya “ Bujuk nenek
Dedek menggeleng , ia menyentuh mukena nenek dan
menarik-nariknya
“ Tunggu sebentar
lagi..Nenek belum selesai “ Dedek masih menarik mukena nenek sampai mukena itu
terlepas
“ Ya Allah Dek..mukena ini terlalu besar untukmu.Bagaimana
kalau nanti setelah mataharinya muncul kita ke pasar..Dedek nanti yang pilih ya
mukenanya.Mau ? “ Tawar nenek dan di
balas anggukkan girang Dedek mukena Nenek di serahkannya kembali
Setelah menyelesaikan do’anya Nenek beranjak ke dapur untuk
memasak sarapan dengan setia Dedek memandori. Sungguh repot Dedek tidak mau di
suruh hanya ‘duduk dan lihat’ Dedek di tinggal nenek mengambil air ke sumur
sebentar saja , begitu kembali ia mendapati Dedek sedang bermain-main dengan kayu yang baranya sedang menyala. Astagfirullah nasib
baik tidak terjadi apa-apa.
Matahari mulai
menyembul,Dedek yang sudah mandi dan berpakaian rapi begitu melihat di luar
sudah terang dan beberapa pantulannya masuk kerumah,buru-buru menghabiskan sarapannya,Nenek
langsung mengerti Dedek akan menagih janjinya.
“ Pelan-Pelan Dek,nanti kamu tersedak “ Nasihat Nenek
Dedek menurut,makannya tiba-tiba berhenti dengan sorot mata sendu Dedek melihat lagi ke
bale-bale.
“ Dedek kangen ayah?
Nanti pulang dari pasar, ayah pasti juga sudah di rumah. Ayo habiskan air
nasinya tinggal sedikit lagi “ Nenek bahkan tidak tahu itu benar atau tidak
,Hadim tidak memberi kabar lagi pula nenek tidak punya handphone untuk menghubungi anaknya itu
sekedar bertanya sudah makan atau belum ?
Dedek masih tidak bergeming
“ Ah oya nenek mau minum susu ,dedek minum susu sisa nenek
saja mau tidak ? “ tidak berhasil tidak ada respon
“ Eeeh Ayoo ayo matahari semakin terik ,nanti kita bisa
kepanasan sampai di pasar “ Nenek menarik tangan dedek,dedek menepisnya lalu
menghabikan sisa sarapannya.
Nenek berjalan lebih dulu dengan langkah di buat-buat seolah
akan meninggalkan Dedek ,Dedek terpancing dengan tawa khasnya dia berlari
mensejajari nenek
1 jam berlalu
“ Ah kenapa mukena untuk anak kecil mahal betul..tidak bisa
di tawar lagi “ keluh Nenek melihat ke
arah Dedek yang tampak sumringah dengan kantong kresek hitam di tangan kiri
sementara tangan kanan dalam pegangan Nenek.
Sambil jalan menyusuri gang
menuju rumah nenek tak melepaskan barang sedetikpun
genggamannya,Pegangan tangan mereka dibuat berayun.
“ Dedek suka kan? Mukenanya bagus ya ? “ tanya nenek sedikit menunduk
Dedek mengangguk mantap sambil tersenyum
Bau rumah tercium sudah semakin dekat tak sampai 10 meter lagi ,Terlihat Hadim
berdiri di depan pintu celingak celinguk kiranya mencari ke 2 perempuan yang selama ini mengisi hari-harinya.Dedek
melihat ayahnya,tanpa babibu langsung melepas genggaman nenek dan asal buang kantong kresek hitam di tangan satunya
kemudian berlari hendak mendatangi Ayahnya
“ Hah Hah HAAAAAAAAH “
Dedek menyuarakannya dengan lantang
|
foto:pixabay |
Hadim menoleh ke suara yang sudah sangat dia hapal tersebut.
Segerombolan anak bersepeda dengan lajunya datang dari arah tak
di sangka,bocah-bocah itu terlalu hanyut dalam euforia mungkin merasa sudah
seperti pembalap saja tidak dapat lagi menguasai sepedanya roda sepedanya
beputar terlalu membabi buta , naas bagi Dedek yang tidak terusik meski sepeda
itu sedang mengincar dirinya, karena dia juga sedang terbuai dalam Euforianya
sendiri melihat sang ayah sudah kembali,Dan
BRAKKKKKKKKK !!!!!!!! Dedek terpental dan kepalanya menghantap tembok
salah satu rumah warga begitu jatuh kembali ke tanah Dedek sudah tidak bergerak.
Hadim sang Ayah terpekik di tempatnya,kejadian itu begitu
cepat.
“ Tidak..tidak..tidak..tidak..tidak..tidak..tidak.....” Itu
saja yang dia katakan saat menghampiri tubuh Dedek dengan langkah
terhuyung-huyung
Nenek baru selesai memunguti kantong kresek yang di buang
Dedek,saat melihat pemandangan yang ada di depan matanya kresek itu kembali
jatuh menyusul tubuh nenek.Sementara dari Mulut Hadim menggema ‘tidak’
berkepanjangan di selingi raungan yang sangat memilukan.
SEKIAN