Tuesday, February 27, 2018

Bukan Selamat Ulang Tahun, Mungkin Selamatkan Sisa Tahun!

ResTokoiyoo

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh..

Bissmillahirrahmanirrahim...

Tahun-tahun yang lewat  saat masih jauh lebih muda dari sekarang, saya benar-benar menunggu tahun berganti dengan cepat. Awalnya begitu bersemangat, tidak jarang saya menanti tanggal, bulan persis angka kelahiran setiap tahunnya bergegas datang. Apa yang saya harapkan? Kala itu mendapat sebuah ucapan selamat saja  bukan main senangnya, di tambah berbentuk-bentuk do’a membuat senyuman mengalirkan rasa hangat sampai ke hati. Jangan tanya soal kue atau kado? Ada saja orang-orang baik di sekeliling saya yang dengan telaten menyiapkannya tanpa di minta. Saya ingin mengatakan ini dan memang seharusnya saya mengatakan ini dari dulu saat menerima persembahan tersebut dari mereka..”Saya bukan orang yang pintar berterima kasih, tapi saya bersungguh-sungguh...terima kasih!”.



Dengan bertambahnya usia, ‘selamat ulang tahun’ bukan lagi jadi kalimat  yang saya harapkan. Penantian akan datangnya yang orang sebut pengulangan tahun itu mulai berubah jadi sesuatu yang saya tidak tahu bagaimana menerjemahkannya. Karena saya merasa lebih baik? Tidak. Saya hanya mulai menyadari bahwa tidak ada yang namanya pengulangan, yang ada adalah pergantian. Kalau benar tahun bisa di ulang, alangkah baiknya. Ada banyak episode hidup yang ingin saya perbaiki sehingga tidak perlu saya sesali lagi  sekarang apalagi nanti. Kalau benar tahun bisa di ulang, tentu ceritanya akan berbeda saya mungkin bukan saya yang sekarang. Ya sudahlah...

Pergantian tahun sudah seharusnya di ikuti banyak pergantian yang lain di luar tahun itu sendiri tentunya, yang paling penting dan di lingkari adalah usia meski kadang saya suka lupa(hehe) dan yang lainnya sebutlah pergantian status, lingkungan sosial, karir, sampai ada yang berganti nama depan (dari fulan jadi almarhum fulan) dan lain sebagainya.

Pergantian tersebut (baca:tahun) juga membawa serta dua hal yang lain yaitu pertambahan dan pengurangan, ada kelahiran ada kematian. Bagi seorang saya dan juga yang lainnya umur mengalami pertambahan dan (batas) usia mengalami pengurangan.
Saya benar-benar merasa ah tidak! tapi benar-benar yang sesungguhnya bahwa saya telah menyia-nyiakan banyak tahun selama saya hidup. Sudah terlambat dan tentu saja tidak ada yang bisa saya lakukan tentang hal itu. Pernah di suatu ketika saya berharap Allah percepat saja ajal saya daripada saya terus menimbun dosa, tapi membayangkan kalau benar Allah mengabulkannya pastinya saya di neraka saat itu. Astaghfirullah al ‘adhzim.



Tinggallah sekarang sisa tahun saya untuk melanjutkan hidup, saya mulai di serang rasa takut apakah saya bisa lebih bijaksana mempergunakannya untuk hal-hal baik yang bermanfaat? Tahun yang tersisa untuk saya apakah cukup untuk saya memperbaiki diri? Bagaimana kalau besok Allah sudah memanggil saya? Bagaimana jika sekiranya dunia sudah hancur dan berakhir( hari kiamat) sebelum saya sempat berbenah diri? Semakin saya ingat semakin di renungkan, hal baik apa yang sudah saya lakukan? Tidak Ada. Nihil. Yoosob pasti gerah, begah atau mungkin muak karena hampir keseluruhan isi blog ini adalah berisi keluhan atau keresahan-keresahan yang tidak sepatutnya saya publikasikan walaupun mengatasnamakan seni dalam menulis puisi atau yang lainnya,
Tapi ya begitulah, saya hanya merasa cukup lega setelah mencurahkan isi hati saya karena jujur saja saya bukan pelisan atau penutur yang baik. Saya bukan tipe orang yang dengan gamblang akan menceritakan masalah atau unek-uneknya kepada orang lain. Sulit rasanya melakukan itu walaupun saya ingin. Tapi yang pasti tentang semua itu, yang menjadi masalah saya sebenarnya adalah saya jauh dari Tuhan, Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan saya terlalu mendamba dunia seolah dunia adalah segala-galanya tapi toh saya juga tidak bisa menggenggamnya. Dunia itu candu, kalau kita tidak bisa menakhlukannya dia akan berbalik menakhlukan kita.



Menjadi pribadi yang lebih baik itu memang tidak mudah, godaan di kanan, kiri, depan, belakang, samping, atas, bawah, dan di segala arah selagi ada celah bahkan ada yang berwujud ada pula yang tak kasat mata. Saya masih harus banyak belajar lagi. Belajar tidak hanya dari hal yang besar tapi juga yang sekecil-kecilnya yang terhampar di hadapan saya. Semoga Allah membimbing saya dan juga yoosob semua yang mungkin merasakan hal yang sama dengan yang saya rasakan.

Semoga sisa tahun yang Allah percayakan untuk saya, bisa saya pergunakan dengan sebaik dan sebijak-bijaknya. Yoosob tolong do’akan saya, Mari kita saling mendo’akan dan Mari kita selamatkan sisa tahun yang semakin berkurang setiap harinya. Saya tidak tahu akan menuliskan apa lagi, semakin di tulis takut nanti hanya akan jadi tulisan atau sekedar wacana, saya ini seperti yang sudah-sudah hanya pintar berteori. Itu sangat membuat frustasi.

Akhirnya saya benar-benar akan mengakhiri tulisan ini entah ini sesi curhat atau ajang beropini, biarlah apapun itu terima kasih dan mohon maaf untuk yang tidak berkenan.

Selamatkan sisa tahuuuun..
Selamatkan sisa tahuuun..
Bahagia sejahtera..
Selamatkan sisa tahuun..


Wassalam.
Saya

No comments:

Post a Comment